Beranda | Artikel
Khutbah Jumat Tentang Tawakal Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Keimanan
Selasa, 7 April 2020

Khutbah Jumat Tentang Tawakal Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Keimanan ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor pada Jum’at, 4 Rajab 1441 H / 28 Febuari 2020 M.

Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Tentang Tawakal Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Keimanan

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Kaum muslimin jamaah shalat jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Dengan senantiasa memanjatkan rasa puja dan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya kepada kita, terutama adalah kenikmatan maunya diri ini untuk dibawa kepada ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mampunya kita melawan hawa nafsu yang selalu menggoda untuk kita ingin bersenang-senang dan meninggalkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita bersyukur kepada Allah dijaganya kita untuk selalu tetap dalam keimanan, dijaganya kita tetap dari dalam keislaman dan terhindarnya kita dari berbagai macam bentuk hal-hal yang akan merusak iman kita, yang akan merusak Islam kita. Ini satu nikmat yang tidak ada nilainya. Bahkan sebagian para Nabi menginginkan nikmat ini untuk para kerabatnya, orang-orang tuanya, namun hal itu tidak mereka dapati. Tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَيُضِلُّ اللَّـهُ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ

Allah sesatkan siapa yang Dia kehendaki dan Allah beri petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki” (QS. Ibrahim[14]: 4)

Kemudian sebagai umat Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, sepantasnyalah kita untuk selalu perbanyak ungkapan shalawat dan salam sebagai harapan bagi kita agar kita benar-benar mendapatkan syafaatnya di hari kiamat, dimana semua manusia mencari pertolongan. Dan tiada pertolongan dan harapan pada hari itu kecuali hanya Allah, kemudian Allah memberikan kepada para Anbiya, memberikan syafaat kepada umatnya. Rasul kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menyimpan doa yang paling makbulnya untuk sebagai syafaat bagi umatnya. Ini sebagai bukti kecintaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada umatnya. Maka sepantasnyalah kita untuk memperbanyak ungkapan shalawat dan salam, terutama dihari yang penuh berkah ini.

اللهم صلي وسلم على نبينا الكريم وعلى اله واصحابه اجمعين

Saudara-saudaraku seiman, dalam khutbah yang singkat ini, kita ingin berbincang sekilas tentang tawakal dan pengaruhnya terhadap nilai keimanan kita. Dizaman ini, kita hidup penuh dengan banyak tantangan, ancaman, godaan, penuh dengan warna-warni bentuk kedzaliman, fitnah-fitnah, dihantui oleh berbagai rasa ketakutan, baik itu berupa penyakit ataupun musuh-musuh. Juga dihantui oleh macam bentuk ketakutan kepada kedzalim-kedzaliman yang terjadi. Tambah lagi musibah-musibah yang silih berganti.

Seandainya kita tidak memiliki rasa tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala menghadapi ini, sungguh kita akan terjatuh kedalam suatu kenistaan dan kehancuran, frustasi, bahkan mungkin gila dan bunuh diri. Tapi orang-orang yang beriman, jika dia melihat bagaimana peristiwa-peristiwa para Anbiya, baik kita sebagai dai yang menemui rintangan dan tantangan dalam dakwah kita, dilarang membangun masjid, distopnya kajian di masjid-masjid, dilarangnya membangun berbagai bentuk lembaga pendidikan, dihambat, difitnah, dihina, kalau kita kurang tawakal kepada Allah, tentu kita akan mundur dari medan perjuangan.

Mari sekilas kita lihat perjuangan para Nabi, kita akan baca ayat kisah para Nabi di sini. Pertama tentang bagaimana Nabi Musa ketika Bani Israil ditindas sejadi-jadinya oleh Firaun di Mesir. Apa nasihat Nabi Musa? Allah kisahkan hal ini dalam surat Yunus ayat 83-85:

فَمَا آمَنَ لِمُوسَىٰ إِلَّا ذُرِّيَّةٌ مِّن قَوْمِهِ عَلَىٰ خَوْفٍ مِّن فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ…

Tidak ada yang beriman dengan Nabi Musa itu kecuali sedikit dari keturunan kaumnya (Bani Israil) dan mereka penuh rasa takut terhadap Firaun dan bala tentaranya…

أَن يَفْتِنَهُمْ

Yang mana Firaun dan bala tentaranya akan menyiksa mereka.”

وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الْأَرْضِ

Dan Firaun itu benar-benar melakukan penindasan yang berlebih-lebihan di muka bumi ini.”

وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ

Firaun itu benar-benar  telah melampaui batas dalam kekejamannya dan kezalimannya.”

Apa kata Musa kepada kaumnya?

يَا قَوْمِ إِن كُنتُمْ آمَنتُم بِاللَّـهِ

Wahai kaumku, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah

فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا

Maka bertawakallah kepadaNya.”

إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ

Jika kalian orang-orang beriman.”

Demikian kata Musa kepada kaumnya. Yang mana kisahnya begitu panjang dalam beberapa ayat dan surat kita dengar. Membunuh anak laki-laki dan banyak sekali penyiksaan-penyiksaan yang luar biasa dilakukannya. Tetapi nasihat yang diberikan Nabi Musa kepada kaumnya? Nabi Musa mengatakan:

إِن كُنتُمْ آمَنتُم بِاللَّـهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا

Jika kalian benar-benar orang yang beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepadaNya.”

Maka kaum Nabi Musa menjawab:

لَى اللَّـهِ تَوَكَّلْنَا

Kami benar-benar bertawakal kepada Allah.”

رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Ya Allah, jangan jadikan kami fitnah bagi orang-orang yang dzalim.”

Maka kisah ini memberikan kepada kita sebuah makna keimanan. Bahwa tantangan dan ancaman itu sangat kecil dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bila Allah ingin menyelamatkan kita, walaupun semua manusia ingin membinasakan kita. Kita lihat bagaimana kepada para Nabi disiksa, kisah Nabi Nuh, kisah Nabi Ibrahim. Betapa beratnya tantangan mereka hadapi?

Belum ada di antara kita mengalami penderitaan semisal yang ditanyakan oleh para sahabat. Pernah kah kita dikepung? Tiga tahun sahabat dikepung sampai mereka makan daun kayu yang kering. Pernahkah kita disiksa seperti Bilal, Ammar bin Yasir, belum! Kita masih penuh dengan nikmat, sangat besar nikmat Allah kepada kita. Tetapi kenapa kita banyak keluh kesah? Kenapa kita harus berkeluh kesah dengan kejadian-kejadian yang kita hadapi dalam dakwah?

Tidak ada arti keluh kesah, itu adalah bagian dari keindahan dalam dakwah. Agar kita selalu bergantung kepada Allah, agar kita tidak menganggap dakwah ini maju karena lembaga kita, karena kehebatan dan ilmu kita, tidak. Semuanya atas pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Saudaraku seiman, kita dengar lagi ketika Nabi Musa setelah keluar dari Mesir kemudian Nabi Musa meminta kepada kaumnya untuk masuk ke Baitul Maqdis dan mengusir orang-orang musyrikin di sana. Tapi apa jawab kaum Nabi Musa?

قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ

Wahai Musa, di sana ada orang-orang yang bengis sekali.”

وَإِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا حَتَّىٰ يَخْرُجُوا مِنْهَا

Kami tidak mau berperang melawan mereka, sampai mereka keluar dari negeri itu.”

فَإِن يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ

Kalau mereka sudah keluar baru kami mau masuk.”

قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّـهُ عَلَيْهِمَا

Ada dua orang yang mereka punya rasa takut kepada Allah yang Allah beri nikmat kepada keduanya.”

Mereka mengatakan:

ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ

Masuklah, lawanlah, berperanglah, berjihadlah.”

فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ

Jika kalian nanti masuk dan melawan mereka, kalian akan menang.”

وَعَلَى اللَّـهِ فَتَوَكَّلُوا

Maka bertawakallah kalian kepada Allah.”

Ini kuncinya kemenangan. Walaupun dengan keterbatasan, sejarah para Nabi semuanya, jumlah yang sedikit, angkatan yang sedikit, alat peperangan yang begitu jauh dibawah kemampuan lawan, tapi kenapa Allah memberikan kemenangan kepada mereka? Tidak lain adalah suatu rahasia itu, mereka bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kisah berikutnya adalah bagaimana Syu’aib dan kaumnya yang telah beriman diancam oleh masyarakat. Apa kata kata masyarakat yang anti dengan dakwah Nabi Syu’aib?

قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِن قَوْمِهِ لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَكَ مِن قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا

Berkatalah masyarakat-masyarakat yang menyombongkan diri dari kaum Nabi Syu’aib itu: ‘Kami akan mengusir engkau wahai Syu’aib dan orang-orang yang beriman denganmu dari negeri kami ini. Kalau tidak, kalian harus kembali ke agama nenek moyang kita.

قَالَ أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ

Nabi Syu’aib mengatakan, ‘Walaupun kami enggan, tidak mau?’” (QS. Al-A’raf[7]: 88)

Kata Nabi Syu’aib:

قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللَّـهِ كَذِبًا

Jika kami mengikuti keinginan kalian, sungguh kami telah membuat kebohongan atas nama Allah.”

إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُم

Jika kami kembali mengikuti agama kalian.”

بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللَّـهُ مِنْهَا

Setelah Allah menyelamatkan kami dari kekufuran agama kalian.”

وَمَا يَكُونُ لَنَا أَن نَّعُودَ فِيهَا إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّـهُ رَبُّنَا ۚ وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا ۚ

Tidak akan mungkin kami akan kembali kecuali Allah menghendaki, Rabb kami yang telah meliputi segala hal dengan ilmuNya.”

عَلَى اللَّـهِ تَوَكَّلْنَا

Kami bertawakal kepada Allah dengan ancaman yang kalian lakukan terhadap kami.”

رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ

Ya Allah, berikanlah keputusan antara kami dan kaum kami dengan kebenaran. Sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik yang memberi keputusan.” (QS. Al-A’raf[7]: 89)

Ini tiga kisah, bagaimana ancaman masyarakat yang anti dengan dakwah Nabi Syu’aib, mengancam akan diusir kecuali mau ikut kepada agama mereka kembali. Tapi Nabi Syu’aib tidak gentar. Nabi Syu’aib menutup segala ungkapan dan bantahannya dengan:

عَلَى اللَّـهِ تَوَكَّلْنَا

Kami bertawakal kepada Allah.”

Inilah ikhwan.. Kesulitan dalam mencari rezeki, kesulitan dalam berbagai hal, tidak ada tempat kita bergantung kecuali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita dengar pula kisah Nabi Nuh ‘Alaihis Salam:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ نُوحٍ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِن كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُم مَّقَامِي

Bacakan kepada umatmu hai Muhammad bagaimana kisah Nabi Nuh ketika berkata kepada kaumnya, ‘Wahai kaumku, jika adalah rasa kedudukanku lebih dari kedudukan kalian.’

وَتَذْكِيرِي بِآيَاتِ اللَّـهِ

Kemudian jika kalian wahai kaumku membenci apa yang telah aku ingatkan kalian dengan ayat-ayat Allah,”

فَعَلَى اللَّـهِ تَوَكَّلْتُ

Saya bertawakal kepada Allah.”

فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ

Silahkan kalian bersatu membuat makar.”

وَشُرَكَاءَكُمْ

Semua sekutu-sekutu kalian.

ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً

Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan

ثُمَّ اقْضُوا إِلَيَّ

Silahkan kalian lakukan apa terhadap diriku.

وَلَا تُنظِرُونِ

Tidak perlu kalian banyak berfikir atau menunggu apa-apa.

Apa kunci Nabi Nuh menghadapi hal itu? Nabi Nuh mengatakan:

فَعَلَى اللَّـهِ تَوَكَّلْتُ

hanya kepada Allah aku bertawakal.”

Aku gantungkan segala daya dan upayaku. Karena segala sikap dan perbuatan makhluk ini berada ditangan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Demikian pula nasihat Nabi Ya’kub ketika dia mengirim anak-anaknya untuk mengambil makanan ke Mesir ketika Nabi Yusuf telah berkuasa di Mesir.

وَقَالَ يَا بَنِيَّ لَا تَدْخُلُوا مِن بَابٍ وَاحِدٍ

Wahai anak-anakku, jangan masuk dari satu pintu saja.”

وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوَابٍ مُّتَفَرِّقَةٍ

Masuk dari pintu yang berbeda-beda.”

وَمَا أُغْنِي عَنكُم مِّنَ اللَّـهِ مِن شَيْءٍ

Aku tidak bisa menyelamatkan kalian sedikitpun dari kehendak Allah.”

إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّـهِ

Segala keputusan itu adalah milik Allah.

عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ

Aku bertawakal kepadaNya, dan kepada Allah itulah sepantasnya seorang bertawakal.”

Hari ini, dunia sedang digemparkan dengan adanya musibah atau virus corona. Berbagai aktivitas-aktivitas dunia mulai diberhentikan. Yang terbaru adalah bagaimana perjalanan umroh mulai diberhentikan sementara. Kemudian perusahaan-perusahaan mulai terancam akan ditutup karena bahan bakunya yang tidak bisa diimport dari Cina. Berbagai negara mengalami keresahan.

Apa solusi dari semua ini? Tidak ada kata, tidak ada daya dan upaya kecuali hanya bertawakal kepada Allah, bersamaan dengan itu melakukan sebab-sebab yang dapat menyelamatkan kita dari segala hal yang akan membahayakan kita.

Sudara-saudara, itu kisah-kisah para Nabi. Menggambarkan tentang pentingnya tawakal. Baik para dai dalam dakwahnya, baik para pembisnis, pengusaha, dalam usaha-usaha mereka, guru dalam pendidikannya, apapun profesi kita. Hal yang sangat penting dalam hidup ini adalah satu kunci, yaitu adalah tawakal.

Kemudian tawakal sangat erat hubungannya dengan iman kepada Allah. Sering dikaitkan antara tawakal dengan beriman kepada Allah. Sebagaimana ayat-ayat yang telah kita bacakan sebelumnya. Kenapa?

Bertawakal kepada Allah berkaitan dengan nama Allah yang mulia Al-Aziz (Allah yang Maha Perkasa). Tidak ada satu pun yang dapat menolak keputusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka pantaslah kita bertawakal kepada Allah karena Allah Maha Perkasa.

Kemudian Allah adalah Al-Qadir (Yang Maha Berkehendak), ditanganNya segala keputusan, tidak ada satupun terjadi di muka bumi kecuali atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini adalah bentuk iman kita kepada Allah dengan nama Allah, yaitu Al-Qadir.

Kemudian juga berkaitan dengan nama Allah yang lain, yaitu Al-Jabbar (Yang Maha Perkasa lagi Maha Berkuasa). Semua Dia yang berkendak. Tidak ada yang dapat menolak keputusan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian nama Allah adalah Al-Qawiy (Yang Maha Kuat). Tidak ada tempat kita untuk bergantung dan memohon pertolongan kecuali kepada Dzat Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, Yang Maha Besar.

Saudara-saudaraku, dari nama-nama Allah ini, maka kita akan semakin kuat tawakal kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apaun kekuatan yang dilakukan oleh manusia, Allah cukup mengirim satu virus saja manusia tidak mampu menghadapinya. Bagaimana dengan azab-azab Allah yang telah Allah ceritakan kepada Firaun? Diazabnya dengan kutu, diazab dengan belalang atau dengan kodok dan segala macamnya. Tidak ada dari hal ini kecuali kita hanya tinggal dan kesombongan kita, kebanggaan kita kepada apa yang kita miliki, semua itu atas pemberian Allah dan pertolongan Allah.

Maka dari itu, tawakal memiliki hubungan dengan rasa syukur. Orang bertawakal kepada Allah, ketika dia diselamatkan Allah dia bukan mengatakan, “Ini berkat karena bisanya pencegahan alat-alat pendeteksi musibah kita.” Bukan. Orang yang betawakal akan mengatakan, “Ini semua atas pertolongan Allah.”

Maka dia bersyukur. Saya sukses, saya berhasil dalam usaha, mendapatkan ilmu, bukan dia banggakan kecerdasannya dalam berbisnis, kecerdasan dalam mencari ilmu. Tapi semua adalah atas nikmat Allah, pemberian Allah, dia bersyukur kepada Allah.

Kalimat tawakal juga sangat erat hubungannya dengan rasa sabar. Musibah dan musibah yang kita hadapi tidak ada jalan lari kemanapun kecuali hanya bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sekecil apapun musibah pada diri kita, tidak ada jalan untuk membuat jiwa kita tenang kecuali hanya betawakal kepada Allah.

Oleh sebab itu tawakal memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan kita, dalam keimanan kita. Tawakal akan menjauhkan kita dari putus asa kepada rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, tawakal akan menjauhkan kita dari rasa frustasi dan takut kepada siapapun akan hilang dalam diri kita karena kita hanya bertawakal dan bergantung kepada Allah. Dzat yang harus kita takuti adalah Al-Aziz, Al-Jabbar, Al-Qawiy, Al-Adzim. Itu yang perlu kita takuti, yang perlu kita gantungi dalam hidup ini.

Demikian saudaraku seiman, sungguh tawakal adalah sangat penting bagi kehidupan kita. Apalagi yang tadi kita jelaskan, begitu banyaknya hal-hal yang menakutkan dalam perjalanan hidup kita ini. Penguasa yang tidak henti-hentinya melakukan kezaliman, keadilan tidak ada, segala hal menyebabkan pemikiran kita kacau, tidak ada yang perlu kita kacaukan dalam pemikiran kita. Tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah cara yang paling kuat untuk menghadapi segala persoalan hidup ini.

Demikian yang dapat kita jelaskan dalam khutbah yang singkat ini.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

Khutbah kedua – Khutbah Jumat Tentang Tawakal Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Keimanan

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

  اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات

اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين، اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا رب العالمين، واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عباد الله:

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.

Download mp3 Khutbah Jumat Tentang Tawakal Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Keimanan


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48330-khutbah-jumat-tentang-tawakal-dan-pengaruhnya-terhadap-nilai-keimanan/